Perkembangan angka
Kemungkinan
terbesar manusia mulai menghitung adalah setelah bahasa berkembang. Saat itu
jari-jari tangan merupakan alat hitung yang paling alami. Itulah sebabnya
mengapa sistem perhitungan yang kita gunakan saat ini menggunakan bilangan
berbasis 10. Untuk mencari bukti sejarah, ukiran pada batu atau kayu adalah
solusi yang paling alami. Dari bukti sejarah, sistem hitung yang paling awal
terdiri dari simbol berulang yang masing-masing terdiri dari sepuluh, yang
diikuti oleh pengulangan simbol untuk satu. Untuk contoh pada angka-angka yang
digunakan saat ini seperti 1 sampai 10, kemudian 11 (simbol bilangan satu
diulang pada simbol bilangan sebelas sebagai penanda 11 adalah 10 + 1). Atau
pada bilangan romawi, bilangan dua puluh satu dilambangkan menjadi XXI (simbol
angka sepuluh diulang kemudian dimulai lagi dari satu sebagai penanda 20 adalah
10 + 10 +1).
- Angka Mesir (3000-1600 SM)
Di Mesir,
sejak sekitar 3000 tahun sebelum masehi, bukti sejarah yang ditemukan
menyebutkan bahwa satu disimbolkan sebagai garis vertikal, sedangkan 10
diwakilkan oleh lambang ^. Orang mesir menulis dari kanan ke kiri, jadi
bilangan dua puluh tiga disimbolkan menjadi |||^^. Bila anda sulit
mengartikannya menjadi 23, bandingkanlah dengan angka romawi XXIII. Angka
romawi tersebut pada dasarnya adalah sistem Mesir, diadaptasi oleh Roma dan
sampai sekarang masih kita gunakan setelah kemunculan pertamanya yaitu
lebihdari 5000 tahun yang lalu. Para juru
tulis Fir’aun (yang hartanya sangat sulit untuk dihitung) menggunakan suatu
sistem untuk menghitung angka-angka besar. Memang sulit digunakan, tapi tidak
diragukanlagi itu yang mereka pakai. Membaca versi tertulis dari angka-angka
besar mesir sama seperti menghitung total nilai dari koin-koin judi di Las
Vegas. Orang-orang mesir kuno meletakan angka yang besar di kanan, dan yang
kecil di kiri. Jadi, untuk keperluan demonstrasi, bayangkanlah koin A bernilai
100.000, koin B bernilai 10.000, koin C bernilai 1.000, koin D bernilai 100,
koin E bernilai 10, dan koin F bernilai 1. dengan nilai-nilai itu, angka Mesir
FEEEDDDDDDCCCCBBBAA bisa mewakilkan angka 234.641. Dan angka-angka besar
seperti ini berperan dalam dokumen yang mendeskripsikan harta-harta
milikfiraun. Simbol Mesir untuk angka besar seperti 100.000, adalah suatu
simbol yang seperti burung, tetapiangka-angka yang lebih kecil dilambangkan
dengan garis lurus dan melengkung.
- Angka Babylonia (1750 SM)
Orang-orang
Babylonia, menggunakan sistem bilangan berbasis 60. Sistem ini benar- benar
sulit digunakan, karena secara logika seharusnya membutuhkan 59 simbol yang
berbeda (sama seperti sistem desimal berbasis 10 saat ini mempunyai simbol yang
berbeda sampai 9). Sebaliknya, angka di bawah 60 dilambangkan dengan
kelompok-kelompok sepuluh.
Angka Babylonia
Yang
menyebabkan bentuk tertulisnya sangan aneh jika dibandingkan dengan composisi
aritmatika manapun.
Melalui keunggulan orang Babylonia pada bidang astronomi, sistem perhitungan berbasis 60 mereka masih ada sampai sekarang pada 60 detik dalam satu menit, dan pada pengukuran sudut, 180 derajat pada jumlah sudut segitiga dan 360 derajat pada sudut satu lingkaran. Dan jauh setelah itu, saat waktu bisa diukur dengan akurat, sistem yang sama juga digunakan dalam 60 menit dalam 1 jam.
Melalui keunggulan orang Babylonia pada bidang astronomi, sistem perhitungan berbasis 60 mereka masih ada sampai sekarang pada 60 detik dalam satu menit, dan pada pengukuran sudut, 180 derajat pada jumlah sudut segitiga dan 360 derajat pada sudut satu lingkaran. Dan jauh setelah itu, saat waktu bisa diukur dengan akurat, sistem yang sama juga digunakan dalam 60 menit dalam 1 jam.
Orang
Babylonia mengambil langkah krusial menuju suatu sistem perhitungan yang lebih
efektif. Mereka memperkenalkan konsep nilai tempat, yaitu angka yang sama bisa
mempunyai nilai yang berbeda tergantung letak angka pada urutan. Untuk lebih
jelas, kita ambil contoh angka 222. Pada angka tersebut terdapat tiga angka 2
yang mempunyai nilai yang berbeda-beda, yaitu 200, 20, dan 2. Tapi konsep ini
baru dan merupakan langkah yang sangat berani bagi orang Babylonia. Untuk
mereka, dengan sistem perhitungan berbasis 60, sistem nilai tempat lebih sulit
untuk digunakan. Untuk mereka angka simpel seperti 222 mempunyai nilai 7322
bila menggunakan sistem hitung berbasis 10 yang kita gunakan (2 x60 kuadrat + 2
x 60 + 2).
Sistem
nilai tempat membutuhkan suatu tanda yang bermakna ”kosong”, untuk saat-saat
dimana jumlah nilai pada satu kolom sama dengan kelipatan 60. Dari sinilah awal
mula angka 0. Meskipun bilangan nol itu sendiri belum ada, dan angka 0 tidak
mempunyai nilai numerik tersendiri.
- Angka Suku Maya
Suku maya,
sama seperti suku Aztec, menggunakan sistem bilangan berbasis 20.Seperti orang
Babylonia, suku Maya menggunakan sistem nilai tempat, dan tentu saja, angka
nol. Mereka menggunakan 3 set grafik notasi yang berbeda untuk mewakili angka:
a) Dengan titik dan garis,
b) Dengan figur antropomorfik, dan
c) dengan simbol.
a) Dengan titik dan garis,
b) Dengan figur antropomorfik, dan
c) dengan simbol.
Angka 0-10 Suku Maya
Angka Suku Maya
- Angka Romawi 300 SM
Angka
romawi menggunakan sistem bilangan berbasis 5. Angka I dan V dalam angkaromawi
terinspirasi dari bentuk tangan, yang merupakan alat hitung alami. Sedangkan
angka X/ lambang dari 10, adalah gabungan dua garis miring yang melambangkan 5.
Dan L, C, D,dan M, yang secara urut mewakili 50, 100, 500, dan 1.000, merupakan
modifikasi dari simbol V dan X
Garis yang miring mewakili jempol,
yang kemudian menjadi simbol X(10) adalah gabungan dua garis miring
Symbol L, C, D, & M merupakan
mmodifikasi dari simbol V & X
Untuk
menulis angka, orang Romawi menggunakan sistem penjumlahan : V + I = VI (6)
atau C + X + X + I = CXXI (121), dan sistem pengurangan : IX (I sebelum X =9)
atau XCIV (Xsebelum C = 90, I sebelum V = 4)
- Nol, Sistem Desimal, dan Angka Hindu-Arab (300 SM – sekarang)
Pada
sistem perhitungan Babylonia dan Maya, bentuk angka tertulisnya masih sangan
rumit untuk perhitungan aritmatika yang efisien. Selain itu, angka nol belum
berfungsi penuh. Agar angka nol bisa memenuhi potensinya dalam matematika, setiap bilangan harus
mempunyai simbol sendiri atau paling tidak angka-angka dasar dalam basis
hitungan mempunyai simbol sendiri. Sistem ini kemungkinan muncul pertama kali
di India. Angka-angka yang dipakai saat ini mengalami perubahan-perubahan
bertahap sejak 3 abad sebelum masehi.
Orang-orang
India menggunakan lingkaran kecil saat tempat pada angka tidak mempunyai nilai,
mereka menamai lingkaran kecil tersebut dengan nama sunya, diambil dari bahasa
sansekerta yang berarti ”kosong”. Sistem ini telah berkembang penuh sekitar
tahun 800 Masehi, saat sistem ini juga diadaptasi di Baghdad. Orang arab
menggunakan titik sebagai simbol ”kosong”, dan memberi nama dengan arti yang
sama dalam bahasa arab, sifr.
Sekitar
dua abad kemudian angka India masuk ke Eropa dalam manuskrip Arab, dan dikenal
dengan nama angka Hindu-Arab. Dan angka Arab sifr berubah menjadi ”zero” dalam
bahasa Eropa modern, atau dalam bahasa Indonesia, ”nol”. Tetapi masih perlu
berabad-abadlagi sebelum ke-sepuluh angka Hindu-Arab secara bertahap
menggantikan angka romawi di Eropa, yang diwarisi dari masa kekaisaran Roma.
Referensi :
https://mind.nmfzone.com/read/103-sejarah-dan-ahli-matematika-penemu-angka-1-sampai-0
Referensi :
https://mind.nmfzone.com/read/103-sejarah-dan-ahli-matematika-penemu-angka-1-sampai-0